Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label SenBud. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SenBud. Tampilkan semua postingan

26 November 2011

NGOMONG TEATER 2

(Metode Terapan Latihan Keaktoran)

1. MEDITASI dan KONSENTRASI

A. MEDITASI

Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi :

  1. Mengosongkan pikiran.

Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.

  1. Meditasi sebagai jembatan.

Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

B. KONSENTRASI

Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

2. PERNAFASAN dan VOKAL

A. PERNAFASAN

Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.

Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :

Ø Pernafasan dada

Pada pernafasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernafasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.

Ø Pernafasan perut

Dinamakan pernafasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung, Pernafasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.

Ø Pernafasan lengkap

Pada pernafasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernafasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.

Ø Pernafasan diafragma

Pernafasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hal ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.

Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

B. VOCAL

Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vocal yang baik pula. “Baik” di sini diartikan sebagai :

· Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).

· Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),

· Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.

· Tidak monoton.

Catatan : Untuk mempunyai vocal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vocal. Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akan menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

3. ARTIKULASI, GETIKULASI dan INTONASI

A. ARTIKULASI

Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata yang diucapkan.

Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :

Æ Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.

Æ Artikulasi jelek : ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.

Æ Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah‑olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

B. GESTIKULASI

Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.

Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang‑kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.

Gestikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).

C. INTONASI

Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan‑tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :

1) Tekanan Dinamik (keras‑lemah)

Pengucapan dialog pada naskah dengan melakukan penekanan‑penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.

2) Tekanan Nada (tinggi)

Mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah‑ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.

3) Tekanan Tempo

Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.

4. SUARA dan WARNA SUARA

A. SUARA

Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diri secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.

B. WARNA SUARA

Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki‑laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.

Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.

5. GERAK TUBUH

A. OLAH TUBUH

Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.

Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot‑otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian‑bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

B. MACAM‑MACAM GERAK

Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam‑macam gerak Latihan‑latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.

Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu

1. Gerak Teaterikal à Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.

2. Gerak Non Teaterikal à Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari‑hari.

Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam‑macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.

a. Gerak Halus

Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.

b. Gerak Kasar

Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :

1. Business, adalah gerak‑gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :

- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak‑gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.

- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.

2. Gestures, adalah gerak‑gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.

3. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.

4. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.

Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.

Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

v Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.

v Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.

v Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain :

  1. Latihan cermin.

dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.

  1. Latihan gerak dan tatap mata.

sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.

  1. Latihan melenturkan tubuh.

seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.

  1. Latihan gerak bersama.

suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

  1. Latihan gerak mengalir.

suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

6. KARAKTERISASI

Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.

Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

Ø OBSERVASI

Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

Ø ILUSI

Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.

Ø IMAJINASI

Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

Ø EMOSI

Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

Ø PENGHAYATAN

Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.

10 Oktober 2011

NGOMONG TEATER

1. Preambule

Berbicara tentang teater, pasti sebagian besar orang hanya akan berfikir mengenai sekelompok orang yang “gila” dalam menapaki dunia ini dengan wajar. Betapa tidak, segala eksperimen yang dilakukan oleh para pegiat teater seringkali jauh dari kewajaran manusia normal dalam beraktifitas. Hal ini karena mereka dituntut untuk memerankan sosok tokoh yang terkadang dia sendiri sama sekali tidak tahu menahu apa dan bagaimana sosok sesungguhnya dari tokoh yang akan ia perankan. Sehingga kemudian mereka bereksperimen setelah terlebih dahulu menganalisa dan melakukan survey lapangan, lalu bereksplorasi dalam proses panjang penciptaan, untuk kemudian mewujudkannya dalam pemeranan sebagaimana permintaan naskah.

Namun, yang patut dicatat adalah, sejak ribuan tahun Sebelum Masehi hingga zaman Yunani, teater selalu hadirdengan persyaratan yang serupa dan nyaris tak terjadi perubahan berarti. Semua peristiwa teater itu digulirkan

Secara bersama,

Pada suatu saat,

Di sebuah tempat.

Itulah inti dari teater.

Kini, teater tidak lagi hanya berfungsi sebagai upacara ritual (keagamaan). Teater hadir pula sebagai kesenian atau hiburan, dengan apapun jenis serta bentuk teaternya.

Secara sederhana perlu juga disadarkan, bahwa teater adalah kegiatan yang menggembirakan, sekaligus ajang pelatihan diri dan pengasahan dalam memaknai perilaku/tindakan, seperti:

1. Disiplin

2. Jujur

3. Kemampuan bekerja sama

4. Rasa percaya diri yang bertanggung jawab, dan

5. Pembentukan kepribadian tanpa pemaksaan.

Karena pada dasarnya teater sangat membutuhkan ketulusan dan kegembiraan, dan sesungguhnya itulah inti dari kehidupan.

2. Sejarah Teater

Sebelum ada bentuk yang dinamakan teater, suku-suku yang kebudayaannya maju ingin berhubungan dengan dewa. Kemudian mereka membuat semacam upacara yang dipimpin seorang dukunritual tersebutlah awal mula teater, meskipun dulu belum ada naskah, kata-kata atau mantra/doa-doa atau monolog/dialognya dikarang oleh para dukun itu.

Teater berawal dari kata teatron (bahasa Yunani/Greek) yang berarti sebuah tempat pertunjukan. Teater juga diartikan sebagai semua jenis dan bentuk ntontonan baik di panggung maupun di arena terbuka, berikut mencakup pekerja sekaligus kegiatannya.

Teater barat berasal dari Yunani, sedangkan teater timur berkembang di Cina (Opera Cina), Jepang (Kabuki, Noh, Bunraku), India, Bali (bersumber dari Epos Ramayana dan Mahabharata), Jawa (Wayang).

Perbedaan Teater, Drama, Sandiwara, dan Tonil

Teater;

1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.

2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak

3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Drama; berasal dari bahasa Yunani Draomai artinya ‘bertindak/berlaku/berbuat/beraksi’, juga bisa berarti naskah lakon.

Sandiwara; berasal dari bahasa Jawa Sandi berarti rahasia dan Wara berarti pembeberan/pewartaan/pemberitaan. Jadi Sandiwara dapat berarti rahasia yang dibeberkan kepada khalayak. Sandiwara dikenalkan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Mangkunegara VII.

Tonil atau Toneel; berasal dari bahasa Belanda yang berarti pemberitaan kepada khalayak dengan tata cara yang telah ada.

Bentuk (sastra) drama

a. Tragedi; kisah berakhir duka.

b. Komedi; kisah penuh tawa/gembira dan berakhir penuh suka cita.

c. Tragikomedi; gabungan tragedi dan komedi.

d. Melodrama; kisah yang menguras aur mata.

e. Farce; gerak yang disajikan berlebihan dan tidak wajar.

f. Parodi; fakta dan kenyataannya diputarbalikkan dengan maksud untuk bahan tertawaan.

g. Satir; berasal dari kata satiricon (Yunani) yaitu cemoohan/ejekan tentang tokoh atau keadaan yang dibawakan dengan penuh kegetiran.

h. Musikal; seluruhnya diiringi musik dan dinyanyikan termasuk dialognya, namun menggunakan narator untuk mengantar jalan cerita.

i. Opera; semua lakonnya dinyanyikan oleh para pemain dan diiringi orchestra.

Aliran (sastra) drama

a. Klasik; Konvensi (aturan) penulisan diikuti dengan sangat ketat.

b. Neoklasik; hukum sebab-akibat, kebenaran dan kekuasaan Tuhan adalah Mutlak. (religi)

c. Romantisme; manusia bisa menentukan sendiri nasib dan takdirnya.

d. Realisme; penyajian sehari-hari yang sering terlewatkan.

e. Simbolisme; kenyataan yang maya ditafsir kembali. (rahasia hidup)

f. Ekspresionisme; penafsiran kembali dari ‘realisme’ ke yang lebih detil.

g. Epik; sebuah upaya untuk menemukan kekuatan teateralnya.

h. Absurd; tidak ada kebenaran mutlak.

Tiga Bentuk Gedung Teater

a. Prosenium (tertutup)

b. Arena (bisa tertutup bisa terbuka)

c. Thrust

3. Penulisan Naskah

“JIKA INGIN MENULIS, SEGERALAH MENULIS”

Ya, kalimat yang pantas untuk membangkitkan selera menulis khusunya bagi para pemula hingga bahkan para kambuhan. Karena, apa yang ada di pikiran dan benak kita di kala itu, seringkali tidak terulang kembali di persekian waktu yang lain.

Jika tema dan premis sudah ditemukan, tulislah sebuah sinopsis atau ringkasan lakon yang berfungsi sebagai pemandu dalam penulisan naskah lakon, dengan bagan atau kerangka yang biasanya terdiri dari:

a) Pembuka/pengantar/prolog (sebab)

b) Isi (pemaparan-konflik-klimaks/komplikasi-anti klimaks)

c) Penutup/penyelesaian/epilog (resolusi/keputusan/akibat)

Tiga hal tersebut sama halnya sejalan dengan Aristoteles yang membakukan teknik/struktur atau kerangka lakon agar naskah bisa dimengerti dan tidak membosankan. Yaitu pembukaan, perkembangan masalah, dan penutup.

Ada pula yang membagi naskah lakon sebagai berikut:

a) Eksposisi; pengenalan masalah dan tokoh lakon

b) Konflik; masalah berkembang dan menjadi konflik

c) Komplikasi; masalah semakin berkembang dan terjadi perbenturan

d) Krisis; mulai dicoba jalan keluar

e) Resolusi; persoalan diselesaikan

f) Solusi/kesimpulan; konflik persoalan berakhir dan kisah selesai.

Namun bagaimanapun metode dan model yang dianut, di dalam naskah sebaiknya ada:

a) Ringkas cerita, atau biasa disebut sinopsis

b) Nama-nama peranan

c) Pembuka

d) Babak-babak => terdiri dari rangkaian peristiwa yang merangkum beberapa bagian kehidupandari tokoh-tokoh.

e) Adegan-adegan => peristiwa kecil yang mendorong perkembangan watak dari para tokoh yang ada di dalam sandiwara

f) Penutup

Abad 18 s/d Abad 20 disebut era teater yang memiliki naskah tertulis. Alasannya karena naskah harus:

a) Dihafal

b) Dimainkan

c) Dijadikan bahan untuk ujung penciptaan dari peristiwa teater yang dipentaskan di atas panggung, dan

d) Dijadikan patokan bekerja oleh semua unsur yang terlibat di dalam pementasan teater.

4. Seni Peran

Seringkali seseorang yang memersankan tokoh pada bsebuah pementasan teater mendapat kritikan karena permainannya dinilai jelek. Oleh sebab itu, langkah-langkah dasar bagi seorang aktor adalah:

TIGA LANGKAH MENUJU SIAP RAGA

EMPAT LANGKAH MENUJU PENCIPTAAN

EMPAT LANGKAH MENUJU TAHU DAN MENGERTI

ENAM LANGKAH MENUJU SIAP SUKMA

Bagi seorang aktor disamping melaksanakan langkah-langkah diatas, perlu juga memperhatikan ‘blocking’ dan ‘posisi tubuh’ aktor.

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.

Ø Seimbang

Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.

Ø Utuh

Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

Ø Bervariasi

Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

Ø Memiliki titik pusat

Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

Ø Wajar

Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.

Yang terpenting dilakukan seorang aktor, adalah:

a. Konsentrasi; pemusatan pikiran hanya kepada apa yang akan dilakukan di atas panggung. Disamping salah satu cara untuk menghilangkan grogi.

b. Imajinasi; suatu cara bagi seorang aktor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakter yang akan dimainkan sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter.

c. Kerja sama; terutama dengan lawan main dan alat-alat panggung. Sebab teater adalah kerja tim.

AKTING YANG BAIK: Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang baik ialah dialog yang :

a. terdengar (volume baik)

b. jelas (artikulasi baik)

c. dimengerti (lafal benar)

d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang baik ialah gerak yang :

a. terlihat (blocking baik)

b. jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)

c. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)

d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Penjelasan :

a. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh

b. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.

c. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber‑ani.

d. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah

e. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :

1. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.

2. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:

1. Bagian kanan lebih berat daripada kiri

2. Bagian depan lebih berat daripada belakang

3. Yang lebar lebih berat daripada yang sempit

4. Yang terang lebih berat daripada yang gelap

5. Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung

1. Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting

2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.

3. Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

Penjelasan posisi tubuh

Jika kamu menghadap ke depan (penonton), maka itu disebut ‘penuh ke depan/full front’. Berputar ke kiri 45o, disebut ‘3/4 terbuka kiri’. Berputar lagi ke kiri 45o, disebut ‘profil kiri’. Jika berputar lagi ke belakang kiri 45o, disebut ‘1/4 terbuka kiri’. Jika menghadap ke belakang, disebut ‘penuh ke belakang/full back’. Bila diputar lagi ke kiri 45o, disebut ‘1/4 terbuka kanan’. Berputar lagi ke kiri 45o hingga menyamping, disebut ‘profil kanan’. Apabila diputar lagi 45o arah ke depan, disebut ‘3/4 terbuka kanan’. Sampai akhirnya kembali ke posisi full front lagi.